Terima Kasih Anda Sudah Mau Berkunjung Ke Blogs Kami Yang Serba putih ini , agar lebih ringan saat di load oleh pembaca setia.

SIlahkan Lihat Daftar Isi .

Anda Boleh Copy Dan Paste semua Artikel kami tapi cantumkan Sumbernya .

Monday 25 March 2013

Menyusun Instrument Penelitian itu mudah !

Dalam sebuah penelitian kuantitatif, peneliti akan menggunakan instrumen untuk mengumpulkan data, sedangkan dalam penelitian kualitatif-naturalistik peneliti akan lebih banyak menjadi instrumen, karena dalam penelitian kualitatif peneliti merupakan key instrumen. Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti. Dengan demikian jumlah instrumen yang akan digunakan untuk penelitian akan tergantung pada jumlah variabel yang diteliti. 
Instrumen itu merupakan alat yang digunakan untuk melakukan sesuatu. Sedangkan penelitian memiliki arti pemeriksaan, penyelidikan, kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis dan penyajian data secara sistematis dan objektif. Dengan masing-masing pengertian kata tersebut di atas maka instrumen penelitian adalah semua alat yang digunakan untuk mengumpulkan, memeriksa, menyelidiki suatu masalah, atau mengumpulkan, mengolah, menganalisa dan menyajikan data-data secara sistematis serta objektif dengan tujuan memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis. Jadi semua alat yang bisa mendukung suatu penelitian bisa disebut instrumen penelitian. Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti. Dengan demikian jumlah instrument yang akan digunakan tergantung pada jumlah variable yang diteliti. Jadi jika variable yang digunakan jumahnya 3, maka instrumen yang digunakan juga 3 jumlahnya .
Instrumen merupakan hal yang sangat penting di dalam kegiatan penelitian. Hal ini karena perolehan suatu informasi atau data relevan atau tidaknya, tergantung pada alat ukur tersebut. Oleh karena itu, alat ukur penelitian harus memiliki validitas dan reliabilitas yang memadai
Instrumen penelitian dirancang untuk satu tujuan penelitian dan tidak akan bisa digunakan pada penelitian lain. Kekhasan setiap obyek penelitian membuat seorang peneliti harus merancang sendiri instrumen yang akan digunakannya. Susunan instrumen untuk setiap penelitian tidak selalu sama dengan penelitian yang lain. Hal ini disebabkan karena setiap penelitian mempunyai tujuan dan mekanisme kerja yang berbeda-beda.
Dalam mekanisme pengumpulan informasi dalam penelitian sosial dilakukan secara langsung dengan berbagai cara, yang antara lain melalui teknik wawancara (baik secara langsung maupun dengan telepon), survey, pengamatan dan angket.
Teknik angket dilakukan dengan meminta informasi dari responden mengenai sesuatu masalah dengan sukarela. (Perbedaan antara teknik angket dan survey terletak pada penentuan responden yang memang tidak akan sama).
Teknik survey dilakukan dengan cara menyusun daftar pertanyaan yang diajukan kepada responden. Kemudian responden didatangi oleh pencacah untuk menanyakan informasi yang diminta serta dicatat dalam daftar kuesioner yang telah disiapkan.
Teknik wawancara dilakukan dengan mendatangi secara langsung para responden untuk dimintai keterangan mengenai sesuatu yang diketahuinya (bisa mengenai suatu kejadian, fakta, maupun pendapat si responden).
Apapun teknik pengumpulan informasi yang dipilih penelitian sosial yang melibatkan banyak orang, membutuhkan suatu instrumen penelitian, yang nantinya akan digunakan dalam proses pengumpulan informasi dari responden.
Beberapa jenis instrumen dalam suatu penelitian adalah sebagai berikut :
·         Tes
Tes adalah sederetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengukuran, inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.
·         Kuesioner
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atu hal-hal yang ia ketahui.
·         Wawancara (Interviw)
Interview digunakan oleh peneliti unyuk menilai keadaan seseorang, misalnya untuk  mencari data tentang variabel latar belakang murid, orang tua, pendidikan, perhatian, sikap terhadap sesuatu.
·                     Observasi
             Didalam artian penelitian observasi adalah mengadakan pengamatan secara langsung, abservasi dapat dilakukan dengan tes, kuesioner, ragam gambar, dan rekaman suara. Pedoman observasi berisi sebuah daftar jenis kegiatan yang mungkin timbul dan akan diamati.
·         Skala bertingkat (ratings)
Rating atau skala bertingkat adalah suatu ukuran subyaktif yang dibuat bersekala. Walaupun skala bertingkat ini menghasilkan data yang kasar, tetapi cukup memberikan informasi tertentu tentang program atau orang. Intrumen ini depat dengan mudah menberikan gambaran penampilan, terutama panampilan didalam orang menjalankan tugas, yang menjukan frekuensi munculnya sifat-sifat. Didalm menyusun skala, yang perlu diperhatikan adalah bagaimana menentukan variabel skala. Apa yang ditanyakan harus apa yang dapat diamati responden. 
·         Dokumentasi
           Dokumentasi, dari asal kata dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Didalam melaksanakan metode dokumentasi, penelitian menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, dan sebagainya.



sumber

Penjelasan Apa itu Variabel dan Objek Peneltian

Dalam beberapa literatur metodologi penelitian sesuatu yang akan (sedang) diteliti kerap kali disebut sebagai variabel penelitian. Dengan kata lain, variabel penelitian dianggap sama dengan objek penelitian. Benarkah? Tentu tidak. Variabel penelitian merupakan objek penelitian, benar; tetapi objek penelitian tidak sama dengan variabel penelitian. Apa sebenarnya yang disebut variabel (dalam) penelitian itu?
Jika seseorang peneliti akan meneliti “hubungan motivasi kerja dengan prestasi kerja”, misalnya, yang menjadi objek penelitiannya adalah hubungan motivasi kerja dengan prestasi kerja, bukan motivasi kerja atau prestasi kerja. Motivasi kerja dan prestasi kerja merupakan variabel yang ada dalam penelitian tersebut. Jadi, dalam penelitian tersebut ada dua variabel, yaitu motivasi kerja dan prestasi kerja. Kenapa disebut variabel?
Sesuatu disebut variabel (lawannya konstan) apabila sesuatu tersebut di dalamnya terkandung sifat-sifat yang bervariasi, atau sesuatu tersebut bisa “divariasikan.” Variabel (“variable” = vary + able) mengandung makna sesuatu yang bervariasi, beragam, berbeda-beda, berubah-ubah, atau bisa diubah atau berganti (“varying; likely to change“), dan juga yang bisa diberagamkan (“that can be varied“). Jadi, sesuatu (hal, benda dsb) disebut variabel apabila sesuatu itu mengandung keragaman sifat keadaan, bisa diberagamkan, bisa diubah-ubah, atau berubah (berganti).
Perhatikan pernyataan-pernyataan ini:
“Wah, hari ini engkau tampak cantik sekali.”
“Prestasi belajar murid-murid tahun ini sangat memuaskan!”
“Ada dua orang murid yang tidak hadir sekolah hari ini.”
“Cantik sekali” berbicara tentang kecantikan, “sangat memuaskan” berbicara tentang prestasi belajar, sedangkan “tidak hadir sekolah” berbicara tentang kehadiran (mengikuti pelajaran). Kecantikan, prestasi belajar, dan kehadiran semuanya merupakan sesuatu (hal) yang disebut variabel, karena di dalam dirinya (hal tersebut) terkandung adanya sifat keadaan yang bisa bervariasi, bisa berubah, bisa diubah.
“Hari ini ia tampak cantik sekali,” kemarin tidak cantik, atau kurang cantik (alias jelek atau buruk rupa). “Prestasi belajar murid sekarang ini sangat memuaskan (alias baik atau tinggi),” kemarin atau besok mungkin kurang atau tidak memuaskan (tidak baik, atau tidak tinggi). “Hari ini ada murid yang tidak hadir,” kemarin dan besok mungkin semua hadir, tidak ada yang tidak hadir.
Cantik (kecantikan) mengandung keragaman: sangat buruk rupa sampai dengan sangat cantik sekali. Prestasi belajar mengandung keragaman: sangat jelek atau rendah sekali sampai dengan sangat baik atau tinggi sekali. Kehadiran mengandung keragaman (walau hanya ada dua ragam): hadir dan tidak hadir. Hal-hal (konsep = “concept“) yang di dalam dirinya terkandung keberagaman itu disebut sebagai variabel. Hal-hal dimaksud bisa berupa apapun, apakah berupa benda, keadaan, sifat, sikap dan sebagainya.
Perubahan sifat keadaan sesuatu variabel dapat mempengaruhi sifat keadaan variabel lain yang terkait. Misalnya, perubahan cuaca (variabel cuaca), yaitu hujan atau panas, dapat mempengaruhi variabel banyaknya (volume) penjualan es krim. Jika cuaca panas, es krim banyak terjual, dan sebaliknya. Berdasarkan kenyataan tersebut kita dapat membuat beberapa pernyataan sebagai berikut:
[] Banyak sedikitnya es krim yang terjual tergantung pada keadaan cuaca (hujan atau panas).
[] Ada korelasi antara keadaan cuaca dan volume penjualan es krim.
Oleh karena variabel volume (banyak sedikitnya) penjualan es krim itu tergantung pada (= depend on) variabel cuaca, maka volume penjualan es krim itu disebutlah sebagai “dependent variabel” [variabel yang -- perubahannya, dalam hal ini banyak atau sedikit-- tergantung pada perubahan atau pergantian sifat keadaan variabel lain, dalam hal ini cuaca: panas atau hujan]. Variabel cuaca sendiri disebut sebagai “independent variable” (variabel yang tidak tergantung; variabel bebas, tidak terikat perubahannya pada variabel lain –karena justru ialah yang “mempengaruhi yang lain). Variabel independen disimbulkan secara statistik sebagai variabel X, sementara variabel dependen disimbulkan sebagai variabel Y.
Itulah kisah variabel penelitian. Variabel penelitian “dimunculkan ke permukaan” (dikemukakan) dalam penelitian karena:
(1) Sebagian penelitian berupaya mengait-kaitkan (mengasosiasikan, mengkorelasikan) sesuatu hal (ujud, entitas) dengan sesuatu (ujud, entitas) lainnya, sebagai pertautan “semacam sebab – akibat” (X berkorelasi dengan Y; X menyebabkan Y).
(2) Oleh karena secara logika perkaitan antar ujud (entitas) itu harus bersinggungan dengan “variasi” (keragaman perubahan sifat keadaan: sejenis tinggi-rendah), maka ujud (atau ujud-ujud) tersebut disebutlah sebagai variabel (sesuatu yang mengandung sifat keadaan keberagaman). Pola pikir dasarnya adalah: perubahan sifat keadaan pada variabel yang satu akan mempengaruhi sifat keadaan yang lain.
“Pengaruh” (korelasi) itu dapat terjadi dalam dua pola:
(1) Korelasi positif, yaitu jika variabel X bersifat keadaan plus (tinggi, banyak dsb) menjadikan variabel Y juga plus (tinggi, banyak juga). Misalnya: Kedisiplinan belajar yang tinggi (X plus) membuat prestasi belajar tinggi (Y plus).
(2) Korelasi negatif, yaitu jika variabel X bersifat plus (tinggi) menjadikan Y minus (rendah), dan sebaliknya, jika X minus justru menjadikan Y plus. Misalnya: Sedikit atau tidak pernah menggunakan minuman keras (X minus) menjadikan daya pikir tinggi (Y plus), sebaliknya, banyak mengkonsumsi miras (X plus) menjadikan daya pikir atau daya nalar rendah (Y minus).
Apabila sesuatu tidak mempunyai keberagaman, maka sesuatu itu selain tidak bisa disebut sebagai variabel, tidak pula akan “mengubah” sesuatu yang lain. Ambil contoh dosen mengajar dengan metode ceramah (sama, tidak beragam) kepada sekelas mahasiswa. Prestasi belajar mahasiswa yang bervariasi (ada yang tinggi ada yang rendah) tidak ada kaitannya (bukan “pengaruh”) metode ceramah tersebut, karena metodanya sama (seragam, tidak beragam). Karena tidak beragam disebutlah sebagai sesuatu yang konstan, lawan variabel.
Jika seseorang akan meneliti “faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan Sekolah XYZ memperoleh sertifikat ISO”, manakah yang menjadi variabel penelitiannya? Objek penelitiannya faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan Sekolah XYZ memperoleh sertifikat ISO.” Variabelnya? Faktor-faktor yang mempengaruhi (?). Ada keberagaman tidak (tinggi rendah, banyak sedikit) pada faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut? Tidak jelas? Tidak ada? Ya, sudah, itu bukan variabel! Kenapa dipaksanakan harus berbunyi variabel !!? Kelak kalau sudah diteliti, akan sangat amat banyak hal yang bersifat variabel tertemukan. Akan tetapi, variabel-variabel itu akan diapakan? Tergantung nanti kalau sudah tertemukan dari penelitian.
Variabel tidak ada kaitannya dengan sifat penelitian yang kuantiatif atau kualitatif. Variabel netral, tergantung pada sifat keadaan yang ada dalam sesuatu itu sendiri untuk disebut sebagai variabel atau kontas, atau tanpa embel-embel sebutan apapun dari keduanya (karena tidak diperlukan).
Tunggu dulu! Sejauh ini terkesan yang disebut variabel itu jika berjenjang (tinggi – sedang – rendah, banyak – cukupan – sedikit, dsb). Kehadiran mengikuti pelajaran kita sebut juga sebagai variabel, walaupun keberagamannya hanya ada dua: hadir – tidak hadir. Jadi, jenis kelamin itu variabel karena mengandung keberagaman jenis, yaitu laki-laki dan perempuan. Bisakah dikait-kaitkan dengan variabel lain? Bisa. Misalnya: Jenis kelamin (variabel X, yaitu apakah laki-laki ataukah perempuan) mempengaruhi kecepatan waktu penyelesaian pencangkulan tanah ladang (variabel Y).
Variabel yang keberagamannya bersifat bergolong (golongan darah, jenis kelamin, tipe kepemimpinan) disebut sebagai jenis variabel diskrit (discrete). Variabel yang keberagamannya bersifat berjenjang (bertingkat) semisal prestasi belajar, motivasi kerja, dsb. disebut jenis variabel kontinum (continuum).


sumber

Sunday 24 March 2013

Penjelasan Panjang rumus pearson product moment correlation

 Korelasi yang sering digunakan oleh peneliti(terutama peneliti yang mempunyai data-data interval  dan rasio) adalah korelasi Pearson atau Product Moment Correlation.      Adapun beberapa persyaratan  yang harus dipenuhi apabila kita menggunakan rumus ini adalah:1.Pengambilan sampel dari populasi harus random(acak).2.Data yang dicari korelasinya harus berskala interval atau rasio.3.Variasi skor  kedua variabel yang akan dicari korelasinya harus sama.4.Distribusi skor variabel yang dicari korelasinya hendaknya merupakan distribusi unimodal.5.Hubungan antara variabel X dan Y hendaknya linier.      Rumus Korelasi Product Moment/Pearson Correlation ada 2 macam, yaitu:1.Korelasi Product Moment dengan simpangan:     r_xy=(∑xy)/√((∑x^2 )(∑y^2 ) )      Keterangan:    r_xy   =Koefisiensi korelasi anatara variabel X dan variabel Y:dua variabel yang dikorelasikan                       ( x=X-M ) dan(  y= Y-M).   ∑xy   =Jumlah perkalian x dengan y    x^2   =Kuadrat dari x (deviasi x)    y^2  =Kuadrat dari y (deviasi y)2.Korelasi Product Moment dengan Angka Kasar:     r_xy=(NΣxy_(-(∑x) ) (∑y))/√((NΣx^2-(∑x)^2 (NΣy^2-(Σy)^(2)) )      Keterangan:     r_xy=Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y      Σxy  =Jumlah perkalian antara variabel x dan Y       ∑x^2  =Jumlah dari kuadrat nilai X       ∑y^2   =Jumlah dari kuadrat nilai Y       (∑x)^2=Jumlah nilai X kemudian dikuadratkan      (∑y)^2=Jumlah nilai Y kemudian dikuadratkanPENYAJIAN:Suatu penelitian yang ingin melihat apakah ada hubungan antara banyaknya kredit yang diambil dengan indeks prestasi yanng dicapai mahasiswa dalam satu semester. Setelah dilakukan pengumpulan data dari 10 mahasiswa ternyata penyebaran kredit dan indeks prestasi yang dicapai sebagai berikut:MAHASISWA KE    JUMLAH KREDIT YG DIAMBIL    INDEKS PRESTASI1    20    3,12    18    4,03    15    2,84    20    4,05    10    3,06    12    3,67    16    4,08    14    3,29    18    3,510    12    4,0UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS
Dalam penelitian, data mempunyai kedudukan yang paling tinggi, karena data merupakan penggambaran variabel yang diteliti dan berfungsi sebagai alat pembuktian hipotesis. Benar tidaknya data, sangat menentukan bermutu tidaknya hasil penelitian. Sedang benar tidaknya data, tergantung dari baik tidaknya instrumen pengumpulan data.  Pengujian instumen biasanya terdiri dari uji validitas dan reliabilitas.
A. Definisi Validitas dan ReliabilitasValiditas adalah tingkat keandalah dan kesahihan alat ukur yang digunakan. Intrumen dikatakan valid berarti menunjukkan alat ukur yang dipergunakan untuk mendapatkan data itu valid atau dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya di ukur (Sugiyono, 2004:137). Dengan demikian, instrumen yang valid merupakan instrumen yang benar-benar tepat untuk mengukur apa yang hendak di ukur.
Penggaris dinyatakan valid jika digunakan untuk mengukur panjang, namun tidak valid jika digunakan untuk mengukur berat. Artinya, penggaris memang tepat digunakan untuk mengukur panjang, namun menjadi tidak valid jika penggaris digunakan untuk mengukur berat.
Uji validitas berguna untuk mengetahui apakah ada pernyataan-pernyataan pada kuesioner yang harus dibuang/diganti karena dianggap tidak relevan. Teknik untuk mengukur validitas kuesioner adalah sebagai berikut dengan menghitung korelasi antar data pada masing-masing pernyataan dengan skor total, memakai rumus korelasi product moment, sebagai berikut :
Rumus Product Moment PearsonItem Instrumen dianggap Valid jika lebih besar dari 0,3 atau bisa juga dengan membandingkannya dengan r tabel. Jika r hitung > r tabel maka valid.
Uji reliabilitas berguna untuk menetapkan apakah instrumen yang dalam hal ini kuesioner dapat digunakan lebih dari satu kali, paling tidak oleh responden yang sama akan menghasilkan data yang konsisten. Dengan kata lain, reliabilitas instrumen mencirikan tingkat konsistensi. Banyak rumus yang dapat digunakan untuk mengukur reliabilitas diantaranya adalah  rumus Spearman Brown
Ket :
R 11 adalah nilai reliabilitas
R b adalah nilai koefisien korelasi
Nilai koefisien reliabilitas yang baik adalah diatas 0,7 (cukup baik), di atas 0,8 (baik).
Pengukuran validitas dan reliabilitas mutlak dilakukan, karena jika instrument yang digunakan sudah tidak valid dan reliable maka dipastikan hasil penelitiannya pun tidak akan valid dan reliable. Sugiyono (2007: 137) menjelaskan perbedaan antara penelitian yang valid dan reliable dengan instrument yang valid dan reliable sebagai berikut :
Penelitian yang valid artinya bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Artinya, jika objek berwarna merah, sedangkan data yang terkumpul berwarna putih maka hasil penelitian tidak valid. Sedangkan penelitian yang reliable bila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda. Kalau dalam objek kemarin berwarna merah, maka sekarang dan besok tetap berwarna merah.
dirangkum dari :
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Administrasi. Bandung,Alfabeta.

 

 

sumber

Uji - t dan Anova Untuk membandingkan 2 objek atau lebih

t-TEST & ANOVA


       Uji t (t-test) merupakan prosedur pengujian parametrik rata-rata dua kelompok data, baik untuk kelompok data terkait maupun dua kelompok bebas. Untuk jumlah data yang sedikit maka perlu dilakukan uji normalitas untuk memenuhi syarat dari sebaran datanya.
       Umumnya pada uji t dua kelompok bebas, yang perlu diperhatikan selain normalitas data juga kehomogenan varian. Kehomogenan data digunakan untuk menentukan jenis persamaan uji t yang akan digunakan.

A.  Persamaan berikut ini digunakan jika variansi data antara dua kelompok sampel sama.










Dengan perhitungan derajat bebas:






B. Persamaan berikut ini digunakan jika variansi data antara dua kelompok sampel berbeda.











Dengan perhitungan derajat bebas (degree of freedom)




       Terlihat perbedaan antara kedua persamaan pada perhitungan Standar Error of Mean/pembagi selisih rata-rata. Selain itu perbedaan juga terletak pada perhitungan derajat bebas kedua persamaan itersebut. Umumnya pada software statistik kedua perhitungan itersebut ditanpilkan sehingga hal yang penting untuk memilih perhitungan mana yang akan digunakan terlebih dulu dilihat apakah hasil perhitungan nilai variansi kedua kelompok sampel berbeda atau sama.
       Anova Merupakan prosedur pengujian parametrik rata-rata lebih dari dua kelompok data. Pada pengujian Anova selain data harus terdistribusi normal, variansi antar perlakuan harus homogen. Sebelum pengujian Anova dilakukan, maka perlu dilakukan explorasi data untuk melihat apakah kedua asumsi dipenuhi. Jika asumsi kehomogenan varian tidak terpenuhi dapat diatasi dengan mentransformasi data yang ada, prinsipnya adalah rentang data yang besar diusahakan menjadi mengecil, salah satu dengan tranformasi Logaritma. Untuk data yang tidak terdistribusi normal dapat di transormasi dengan beberapa teknik tranformasi seperti Box-Cox Transformation atau Johnson Transformation.
      Pada uji Anova umumnya diikuti oleh uji lanjutan berupa uji Turkey (Beda Nilai Jujur), Beda Nilai Terkecil (BNT), Benferoni dll. Penggunaan jenis uji lanjutan didasarkan pada pemenuhan asumsi ke homogenan variansi serta tingkat sensitifitasan dari pengujian.


sumber

Sunday 10 March 2013

hahah. ini dia Pengertian Angket sebenarnya

Angket adalah suatu alat pengumpul data yang berupa serangkaian pertanyaan yang diajukan pada responden untuk mendapat jawaban (Depdikbud:1975)
Angket adalah suatu daftar atau kumpulan pertanyaan tertulis yang harus dijawab secara tertulis juga ( WS. Winkel, 1987)

Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan komunikasi dengan sumber data ( I. Djumhur, 1985 )
Kuesioner atau angket merupakan teknik pengumpulan data yang tidak
memerlukan kedatangan langsung dari sumber data ( Dewa Ktut Sukardi, 1983 ).
Kuesioner adalah suatu daftar yang berisi pertanyaan yang harus dijawab atau dikerjakan oleh orang/anak yang ingin diselidiki atau responden (Bimo Walgito, 1987).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan pengertian angket adalah suatu alat pengumpul data yang berupa serangkaian pertanyaan tertulis yang diajukan kepada
subyek untuk mendapatkan jawaban secara tertulis juga
Pengambilan data dapat dilakukan secara :

a. Pertanyaan langsung vs Pertanyaan tidak langsung
Perbedaan mendasar antara Pertanyaan Langsung dan Pertanyaan Tidak Langsung ialah terletak pada tingkat kejelasan suatu pertanyaan dalam mengungkap informasi khusus dari responden. Pertanyaan Langsung menanyakan informasi khusus secara langsung dengan tanpa basa-basi (direct), dimana jawaban diperoleh dari sumber pertama tanpa menggunakan perantara. Pertanyaan Tidak Langsung menanyakan informasi khusus secara tidak langsung (indirect), dimana Jawaban angket itu diperoleh dengan melalui perantara, sehingga jawabannya tidak dari sumber pertama.
Contoh :
Pertanyaan Langsung: Apakah Saudara mengenal tersangka pembunuhan?
Pertanyaan Tidak Langsung: Bagaimana pendapat saudara terhadap pembunuhan yang dilakukan oleh budi?

b. Pertanyaan Khusus v.s Pertanyaan Umum
Pertanyaan Khusus menanyakan hal-hal yang khusus yang dibutuhkan oleh penulis. Sedang Pertanyaan Umum biasanya menanyakan informasi mengenai identitas dari koresponden. Lebih baik pertanyaan dimulai dari umum ke khusus.
Contoh pertanyaan :
Pertanyaan Khusus: Apakah saudara mengenal sistem Kanban?
Pertanyaan Umum: Berapa umur anda?

c. Pertanyaan Tentang Fakta v.s Pertanyaan Tentang Opini
Pertanyaan tentang fakta yang menghendaki jawaban dari responden berupa fakta; sedang Pertanyaan tentang opini menghendaki jawaban yang bersifat opini. Pada praktiknya dikarenakan responden mungkin mempunyai memori yang tidak kuat ataupun dengan sadar yang bersangkutan ingin menciptakan kesan yang khusus; maka Pertanyaan tentang fakta belum tentu sepenuhnya menghasilkan jawaban yang bersifat faktual.
Demikian halnya dengan pertanyaan yang menanyakan opini belum tentu sepenuhnya menghasilkan jawaban yang mengekspresikan opini yang jujur. Hal ini terjadi karena responden mendistorsi opininya didasarkan pada adanya “tekanan sosial” untuk menyesuaikan diri dengan keinginan social dan lingkungannya.
Contoh:
Pertanyaan Tentang Fakta: Majalah apa yang anda sukai?
Pertanyaan Tentang Opini: Mengapa saudara menyukai majalah Aneka?

d. Pertanyaan dalam bentuk kalimat tanya v.s. Pertanyaan dalam bentuk kalimat pernyataan
Pertanyaan dalam bentuk kalimat tanya memberikan pertanyaan langsung kepada responden dimana jawaban yang diperoleh dapat beraneka ragam; sedang pertanyaan dalam bentuk kalimat pernyataan menyediakan jawaban persetujuannya.
Contoh:
Pertanyaan dalam bentuk kalimat tanya: Apakah saudara setuju dengan pemilihan rector secara langsung?
Pertanyaan dalam bentuk kalimat pernyataan: Pemilihan rector secara langsung akan dilaksanakan.
Jawabannya: a. setuju b. tidak setuju


sumber

Ini Mudah , Uji Korelasi Spearmen dengan SPSS dan ada cara manual Juga

Uji korelasi Spearman dengan SPSS pada hakikatnya serupa dengan secara manual. Uji korelasi Spearman adalah uji statistik yang ditujukan untuk mengetahui hubungan antara dua atau lebih variabel berskala Ordinal. Selain Spearman, D.A. de Vaus menyebutkan bahwa uji korelasi yang sejenis dengannya adalah Kendall-Tau.[1] Asumsi uji korelasi Spearman adalah: (1) Data tidak berdistribusi normal dan (2) Data diukur dalam skala Ordinal.
Rumus uji korelasi spearman untuk jumlah sampel < = 30 adalah:
Di mana:
Uji Korelasi Spearman Secara Manual 
Jika dilakukan secara manual, maka tata tertib melakukan uji korelasi Spearman adalah: 
  1. Jumlahkan skor item-item di tiap variabel untuk mendapatkan skor total variabel (misalnya cari skor total variabel X dengan menotalkan item-item variabel X). 
  2. Lakukan rangkin skor total x (rx) dan rangking skor total y (ry). 
  3. Cari nilai d yaitu selisih rx – ry . 
  4. Cari nilai d2 yaitu kuadrat d (selisih rx – ry). 
Agar lebih mudah, kerjakan dengan Excel dan buat saja tabel seperti contoh di bawah ini:
Setelah data dihitung dalam tabel, lalu masukkan ke dalam rumus uji korelasi Spearman:
Dengan demikian korelasi Spearman (rs) variabel x dengan variabel y dalam contoh adalah 0,47. Nilai korelasi Spearman hitung ini (rs) lalu diperbandingkan dengan Spearman Tabel (rs tabel). Keputusan diambil dari perbandingan tersebut. Jika rs > rs tabel, H0 ditolak dan H1 diterima. Jika rs hitung <= rs tabel, H0 diterima, H1 ditolak. Pengambilan keputusan dari contoh di atas adalah karena rs hitung > rs tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya terdapat hubungan antara variabel x dengan variabel y. Lalu, bagaimana menginterpretasikannya? 
Tabel Interpretasi Koefisien Korelasi Versi de Vaus 
D.A. de Vaus menginterpretasikan koefisien korelasi sebagai berikut:
Dalam contoh di atas maka kekuatan hubungan antara x dan y adalah hubungan moderat (karena 0,47). 
Data Saya Lebih Besar dari 30 ! 
Rumus di atas berlaku jika jumlah sampel lebih kecil atau sama dengan 30 (<=30). Lalu, bagaimana menghitung uji korelasi Spearman dengan lebih dari 30 sampel? Caranya mudah saja yaitu Cari Nilai z hitung terlebih dahulu. 
Cara mencari nilai z hitung sebagai berikut:
Di mana:
Nilai rs dicari dengan cara yang sama seperti perhitungan terdahulu (di bagian atas). Dalam contoh sampel yang lebih besar dari 30 ini misalnya sampel menggunakan 50 responden. Maka perhitungannya sebagai berikut:
Nilai z hitung dalam sampel > 30 ini adalah 6,93. Pengambilan keputusan dalam sampel > 30 ini adalah membandingkan antara z hitung dengan z tabel. Z hitung sudah diperoleh sekarang tinggal z tabel. 
Cara Mencari z Tabel 
Nilai z tabel dicari dari tabel Z (lihat buku-buku statistik). Caranya adalah: 
  1. Tentukan Taraf Keyakinan Penelitian (misalnya 95%). Taraf Keyakinan 95% berarti Interval Keyakinan-nya (alpha) 0,05. Nilai 0,05 ini merupakan bentuk desimal dari 5% yang diperoleh dari pengurangan 100% selaku kebenaran absolut dengan 95% (100% - 95% = 5% atau 0,05). 
  2. Tentukan Uji yang digunakan. Apakah 1 sisi (One-Tailed) atau 2 sisi (Two-Tailed). Penentuan 1 sisi atau 2 sisi ini didasarkan hipotesis penelitian. Jika hipotesis hanya menyebutkan “terdapat hubungan” maka artinya bentuk hubungan belum ditentukan apakah positif atau negatif dan dengan demikian menggunakan uji 2 sisi. Jika hipotesis menyatakan “terdapat hubungan positif” atau “terdapat hubungan negatif” maka artinya bentuk hubungan sudah ditentukan dan dengan demikian menggunakan uji 1 sisi. 
  3. Jika Uji 2 Sisi (Two-Tailed) maka lihat Tabel Z. Dalam uji 2 sisi Interval Keyakinan dibagi dua yaitu 0,05 / 2 = 0,025. Cari pada kolom tabel nilai yang paling mendekati 0,025. Dari nilai yang paling dekat tersebut tarik garis ke kiri sehingga bertemu dengan nilai 1,9 + 0,060 = 1,96. Batas kiri pengambilan keputusan dengan kurva adalah –1,96 batas kanannya +1,96. Keputusannya: Tolak H0 dan Terima H1 jika –z hitung < dari –1,96 dan > dari +1,96. Sebaliknya, Terima H0 dan Tolak H1 jika – z hitung > -1,96 dan < dari +1,96. 
Uji Korelasi Spearman dengan SPSS 
Jika uji korelasi Spearman diadakan dengan SPSS maka langkah-langkahnya sebagai berikut: 
  1. Totalkan item-item variabel x menggunakan menu Transform > Compute Variable > jumlahkan item-item variabel x. 
  2. Totalkan item-item variabel y menggunakan menu Transform > Compute Variable > jumlahkan item-item variabel y. 
  3. Buatlah Ranking bagi rx dan ry menggunakan menu Transform > Compute > Masukkan Skor Total Variabel X dan Variabel Y ke Variables > Pilih saja Smallest pada Assign Rank > Klik OK. Setelah itu muncul dua variabel baru yaitu rangking untuk x dan y (lihat di tab Variable View). 
  4. Lakukan Uji Korelasi Spearman dengan SPSS dengan klik Analyze > Correlate > Bivariate > Masukkan Rangking X dan Ranking Y ke Variables > Pada Correlation Coefficient ceklis Spearman > Pada Test of Significance pilih 2-Tailed (jika 2 sisi) atau 1-Tailed (jika 1 sisi) > Klik OK. 
Hasilnya output SPSS misalnya sebagai berikut:
Variabel X dan Variabel Y pada contoh output di atas berhubungan dalam koefisien 0,823. SPSS menunjukkan bahwa korelasi tersebut signifikan bahkan dalam Interval Keyakinan (alpha) yang lebih teliti lagi yaitu 0,01 untuk Uji 2 Sisi. 
Pengambilan keputusannya sama dengan cara manual di atas yaitu membandingkan antara z hitung dengan z tabel. Atau bisa juga dengan Kurva Normal berikut:
-------------------------------------
[1] D.A. de Vaus, Survey in Social Research, 5th Edition (New South Wales: Allen and Unwin, 2002) p. 259.
 
 

Friday 8 March 2013

Apa saja syarat menggunakan analsis faktor

Pareto dulu sebelum Analisis faktor


Dalam percobaan menyelesaikan tugas analisis faktor terhadap 45 variabel penyebab keterlambatan penerbangan ternyata fungsi SPSS mengalami kegagalan. Beberapa kali dicoba dengan mengambil sebagian variabel berdasar kriteria tertentu (teknikal, operasional, support) menghasilkan komposisi faktor laten yang membingungkan.
Terpaksa saya buka lagi tesis S-2 saya dulu. Bahan tugas ini memang merupakan kaji ulang terhadap penelitian yang pernah saya lakukan.
Ternyata ‘trik’ yang saya lakukan dulu sangatlah sederhana : Pareto analisis!


Berikut cuplikannya :

Penelitian terhadap data pada tahun 1996 menunjukkan bahwa 95% kasus keterlambatan dapat diwakili hanya dengan 15 dari 45 variabel penyebab keterlambatan.
Satu variabel yaitu keterlambatan karena keterlambatan sebelumnya (kode C-3) tidak dianalisis karena merupakan keterlambatan sekunder. Selanjutnya dalam proses analisis, beberapa variabel dikeluarkan secara bertahap agar nilai Kaiser-Meyer-Olkin (KMO) mencapai nilai minimum 0.5 sebagai syarat analisis faktor dapat dilakukan. Hasil akhir menunjukkan hanya 11 variabel yang disertakan dalam analisis faktor ini. Bila 11 variabel tersebut digabung dengan variabel keterlambatan sekunder (C-3) maka jumlah ku

mulatif penerbangan terlambat yang terwakili mencapai 93.35%.
Hahaha, kiat Pareto sederhana tersebut membantu memecahkan problem ekstraksi faktor laten dari 45 variabel pengamatan yang cukup sulit dipecahkan sebelumnya.


sumber

Bagaimana Kita Mengaplikasikan teori yang sesuai kedalam riset kita

Arti dan Kegunaan Riset Serta Hubungannya Dengan Teori
Riset ialah suatu kegiatan untuk memilih judul, merumuskan persoalan, kemudian diikuti dengan pengumpulan, pengolahan, penyajian dan analisa data yang dilakukan dengan metode ilmiah secara efisien dan sistimatis yang hasilnya berguna untuk mengetahui sesuatu keadaan/persoalan dalam usaha pengembangan ilmu pengetahuan atau untuk membuat keputusan dalam rangka pemecahan persoalan.

Definisi dari penulis mencakup 2 hal yaitu :
1. Hasil riset dipergunakan untuk pengembangan ilmu pengetahuan, yang sering disebut riset dasar/murni (basic pure research).
2. Hasil riset dipergunakan untuk membuat keputusan dalam rangka memecahkan persoalan atau menguji hipotesa
Maksud menjalankan riset ialah untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan-pertanyaan atau soal-soal melalui aplikasi suatu prosedur ilmiah, (scientific procedures) yang sistematis. Prosedur ilmiah ini telah dikembangkan sedemikian rupa dengan maksud untuk memperbesar kemungkinan bahwa data/informasi yang dikumpulkan akan ada hubungannya dengan perso¬alan yang akan dipecahkan (relevant data/information).
Sedangkan hubungan antara teori dan riset adalah merupakan suatu kombinasi yang timbal balik (mutual contributions). Artinya ialah, bahwa teori dapat menunjukkan daerah-daerah mana suatu riset harus dilakukan sehingga hasil riset dapat dimanfaatkan secara maksimal. Selain itu dapat juga dipergunakan sebagai dasar untuk membuat ringkasan hasil penemuan suatu studi, serta memberikan dasar untuk memperoleh keterangan-keterangan yang lebih banyak serta nilai-nilai ramalan yang berguna untuk waktu yang akan datang, sebagai dasar untuk berbagai perencanaan.
Sebaliknya hasil penemuan riset dapat dipergunakan untuk menguji kebenaran teori yang telah ada, dapat memperjelas konsep-konsep teoritis, serta dapat membantu didalam merumuskan teori yang baru atau memperluas teori yang lama


sumber