Dalam beberapa literatur metodologi penelitian sesuatu yang akan
(sedang) diteliti kerap kali disebut sebagai variabel penelitian. Dengan
kata lain, variabel penelitian dianggap sama dengan objek penelitian.
Benarkah? Tentu tidak. Variabel penelitian merupakan objek penelitian,
benar; tetapi objek penelitian tidak sama dengan variabel penelitian.
Apa sebenarnya yang disebut variabel (dalam) penelitian itu?
Jika seseorang peneliti akan meneliti “hubungan motivasi kerja dengan
prestasi kerja”, misalnya, yang menjadi objek penelitiannya adalah
hubungan motivasi kerja dengan prestasi kerja, bukan motivasi kerja atau
prestasi kerja. Motivasi kerja dan prestasi kerja merupakan variabel
yang ada dalam penelitian tersebut. Jadi, dalam penelitian tersebut ada
dua variabel, yaitu motivasi kerja dan prestasi kerja. Kenapa disebut
variabel?
Sesuatu disebut variabel (lawannya konstan) apabila sesuatu tersebut
di dalamnya terkandung sifat-sifat yang bervariasi, atau sesuatu
tersebut bisa “divariasikan.” Variabel (“variable” = vary + able) mengandung makna sesuatu yang bervariasi, beragam, berbeda-beda, berubah-ubah, atau bisa diubah atau berganti (“varying; likely to change“), dan juga yang bisa diberagamkan (“that can be varied“).
Jadi, sesuatu (hal, benda dsb) disebut variabel apabila sesuatu itu
mengandung keragaman sifat keadaan, bisa diberagamkan, bisa diubah-ubah,
atau berubah (berganti).
Perhatikan pernyataan-pernyataan ini:
“Wah, hari ini engkau tampak cantik sekali.”
“Prestasi belajar murid-murid tahun ini sangat memuaskan!”
“Ada dua orang murid yang tidak hadir sekolah hari ini.”
“Cantik sekali” berbicara tentang kecantikan, “sangat memuaskan” berbicara tentang prestasi belajar, sedangkan “tidak hadir sekolah” berbicara tentang kehadiran
(mengikuti pelajaran). Kecantikan, prestasi belajar, dan kehadiran
semuanya merupakan sesuatu (hal) yang disebut variabel, karena di dalam
dirinya (hal tersebut) terkandung adanya sifat keadaan yang bisa
bervariasi, bisa berubah, bisa diubah.
“Hari ini ia tampak cantik sekali,” kemarin tidak cantik, atau kurang
cantik (alias jelek atau buruk rupa). “Prestasi belajar murid sekarang
ini sangat memuaskan (alias baik atau tinggi),” kemarin atau besok
mungkin kurang atau tidak memuaskan (tidak baik, atau tidak tinggi).
“Hari ini ada murid yang tidak hadir,” kemarin dan besok mungkin semua
hadir, tidak ada yang tidak hadir.
Cantik (kecantikan) mengandung keragaman: sangat buruk rupa sampai
dengan sangat cantik sekali. Prestasi belajar mengandung keragaman:
sangat jelek atau rendah sekali sampai dengan sangat baik atau tinggi
sekali. Kehadiran mengandung keragaman (walau hanya ada dua ragam):
hadir dan tidak hadir. Hal-hal (konsep = “concept“) yang di dalam dirinya terkandung keberagaman itu disebut sebagai variabel. Hal-hal dimaksud bisa berupa apapun, apakah berupa benda, keadaan, sifat, sikap dan sebagainya.
Perubahan sifat keadaan sesuatu variabel dapat mempengaruhi sifat
keadaan variabel lain yang terkait. Misalnya, perubahan cuaca (variabel
cuaca), yaitu hujan atau panas, dapat mempengaruhi variabel banyaknya
(volume) penjualan es krim. Jika cuaca panas, es krim banyak terjual,
dan sebaliknya. Berdasarkan kenyataan tersebut kita dapat membuat
beberapa pernyataan sebagai berikut:
[] Banyak sedikitnya es krim yang terjual tergantung pada keadaan cuaca (hujan atau panas).
[] Ada korelasi antara keadaan cuaca dan volume penjualan es krim.
Oleh karena variabel volume (banyak sedikitnya) penjualan es krim itu tergantung pada (= depend on) variabel cuaca, maka volume penjualan es krim itu disebutlah sebagai “dependent variabel” [variabel yang -- perubahannya, dalam hal ini banyak atau sedikit-- tergantung
pada perubahan atau pergantian sifat keadaan variabel lain, dalam hal
ini cuaca: panas atau hujan]. Variabel cuaca sendiri disebut sebagai “independent variable” (variabel yang tidak tergantung; variabel bebas,
tidak terikat perubahannya pada variabel lain –karena justru ialah yang
“mempengaruhi yang lain). Variabel independen disimbulkan secara
statistik sebagai variabel X, sementara variabel dependen disimbulkan sebagai variabel Y.
Itulah kisah variabel penelitian. Variabel penelitian “dimunculkan ke permukaan” (dikemukakan) dalam penelitian karena:
(1) Sebagian penelitian berupaya mengait-kaitkan (mengasosiasikan,
mengkorelasikan) sesuatu hal (ujud, entitas) dengan sesuatu (ujud,
entitas) lainnya, sebagai pertautan “semacam sebab – akibat” (X
berkorelasi dengan Y; X menyebabkan Y).
(2) Oleh karena secara logika perkaitan antar ujud (entitas) itu
harus bersinggungan dengan “variasi” (keragaman perubahan sifat keadaan:
sejenis tinggi-rendah), maka ujud (atau ujud-ujud) tersebut disebutlah
sebagai variabel (sesuatu yang mengandung sifat keadaan keberagaman).
Pola pikir dasarnya adalah: perubahan sifat keadaan pada variabel yang
satu akan mempengaruhi sifat keadaan yang lain.
“Pengaruh” (korelasi) itu dapat terjadi dalam dua pola:
(1) Korelasi positif, yaitu jika variabel X bersifat
keadaan plus (tinggi, banyak dsb) menjadikan variabel Y juga plus
(tinggi, banyak juga). Misalnya: Kedisiplinan belajar yang tinggi (X
plus) membuat prestasi belajar tinggi (Y plus).
(2) Korelasi negatif, yaitu jika variabel X bersifat
plus (tinggi) menjadikan Y minus (rendah), dan sebaliknya, jika X minus
justru menjadikan Y plus. Misalnya: Sedikit atau tidak pernah
menggunakan minuman keras (X minus) menjadikan daya pikir tinggi (Y
plus), sebaliknya, banyak mengkonsumsi miras (X plus) menjadikan daya
pikir atau daya nalar rendah (Y minus).
Apabila sesuatu tidak mempunyai keberagaman, maka sesuatu itu selain
tidak bisa disebut sebagai variabel, tidak pula akan “mengubah” sesuatu
yang lain. Ambil contoh dosen mengajar dengan metode ceramah (sama,
tidak beragam) kepada sekelas mahasiswa. Prestasi belajar mahasiswa yang
bervariasi (ada yang tinggi ada yang rendah) tidak ada kaitannya (bukan
“pengaruh”) metode ceramah tersebut, karena metodanya sama (seragam,
tidak beragam). Karena tidak beragam disebutlah sebagai sesuatu yang konstan, lawan variabel.
Jika seseorang akan meneliti “faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan Sekolah XYZ memperoleh sertifikat ISO”, manakah yang
menjadi variabel penelitiannya? Objek penelitiannya faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan Sekolah XYZ memperoleh sertifikat ISO.”
Variabelnya? Faktor-faktor yang mempengaruhi (?). Ada keberagaman tidak
(tinggi rendah, banyak sedikit) pada faktor-faktor yang mempengaruhi
tersebut? Tidak jelas? Tidak ada? Ya, sudah, itu bukan variabel! Kenapa
dipaksanakan harus berbunyi variabel !!? Kelak kalau sudah diteliti,
akan sangat amat banyak hal yang bersifat variabel tertemukan. Akan
tetapi, variabel-variabel itu akan diapakan? Tergantung nanti kalau
sudah tertemukan dari penelitian.
Variabel tidak ada kaitannya dengan sifat penelitian yang kuantiatif
atau kualitatif. Variabel netral, tergantung pada sifat keadaan yang ada
dalam sesuatu itu sendiri untuk disebut sebagai variabel atau kontas,
atau tanpa embel-embel sebutan apapun dari keduanya (karena tidak
diperlukan).
Tunggu dulu! Sejauh ini terkesan yang disebut variabel itu jika
berjenjang (tinggi – sedang – rendah, banyak – cukupan – sedikit, dsb).
Kehadiran mengikuti pelajaran kita sebut juga sebagai variabel, walaupun
keberagamannya hanya ada dua: hadir – tidak hadir. Jadi, jenis kelamin
itu variabel karena mengandung keberagaman jenis, yaitu laki-laki dan
perempuan. Bisakah dikait-kaitkan dengan variabel lain? Bisa. Misalnya: Jenis kelamin (variabel X, yaitu apakah laki-laki ataukah perempuan) mempengaruhi kecepatan waktu penyelesaian pencangkulan tanah ladang (variabel Y).
Variabel yang keberagamannya bersifat bergolong (golongan darah, jenis kelamin, tipe kepemimpinan) disebut sebagai jenis variabel diskrit (discrete). Variabel yang keberagamannya bersifat berjenjang (bertingkat) semisal prestasi belajar, motivasi kerja, dsb. disebut jenis variabel kontinum (continuum).
sumber
No comments:
Post a Comment